MEMILIH PEMIMPIN
Oleh: Romi Ramdon Ginanjar, S.Pd.I, M.Pd.
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي يُنِيْرُ بِالْهُدَى دُرُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَاالْحَاضِرُوْنَ أُوْصِى نَفْسِى وَإِيَاكُمْ بِالتَّقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تعالى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Hadirin kaum muslimin rahimakumullah
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayahnya, kita bisa hadir di Masjid yang mulia ini dalam rangka menunaikan salah satu kewajiban shalat jum’at berjama’ah. Tidak lupa kita sampaikan sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, berikut kepada keluarganya, sahabatnya, tabiin dan ummatNya hingga akhir zaman.
Selanjutnya, melalui mimbar jum’at ini, khatib berwasiat sekaligus mengajak diri khatib sendiri dan seluruh jama’ah, marilah kita tingkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dengan selalu berusaha menjalankan perintah Allah, menjauhi segala laranganNya dan tidak hanya itu, kita juga harus selalu merasakan bahwa Allah SWT hadir bersama kita kapan dan dimana pun kita berada. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ali Imran ayat 102:
يَآأَيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kamu mati terkecuali dalam keadaan Muslim”.
Hadirin rahimakumullah,
Selanjutnya marilah kita renungan firman Allah SWT alam alQuran Surat Ibrahim ayat 24-26:
Ayat yang saya baca ini, menggambarkan betapa indahya gambaran yang dianugerahkan Allah SWT atas keberadaan orang-orang yang bertakwa di mana keberadaannya ibarat sebuah pohon yang baik, yang "akarnya sangat kuat menghujam ke dasar tanah, sementara dahan dan rantingnya menjulang tinggi ke langit, pohon tersebut tumbuh dengan subur lalu berdaun rindang dan berbuah yang buahnya dapat dinikmati oleh masyarakat yang hidup di sekitarnya pada setiap saat dengan seizin Allah Tuhannya.
Akar yang dimaksud pada ayat di atas adalah akidah. Kalimat thayyibah, "la ilaha illallah", diibaratkan sebagai akar pohon yang menghujam sangat kuat ke dasar tanah. Sehingga berdiri kokoh dan tidak mudah tumbang bila diterpa angin. Untuk itu bisa disimpulkan bahwa seorang yang dalam hidupnya "tidak" berpegang kepada prinsip kalimat thayyibah, "la ilaha illallah", maka dia tidak ubahnya pohon yang tidak berakar (QS. Ibrahim, 14:26). Dapat dibayangkan kondisi pohon yang tidak berakar, maka sudah dapat dipastikan dia tidak dapat mempertahankan hidupnya.
Perumpamaan pohon yang buruk itu adalah pohon yang akarnya sudah terangkat dari permukaan bumi yang esok atau lusa akan mati. Keberadaan pohon semacam ini tidak ada artinya sama sekali, dia tidak mungkin memberi manfaat, jangankan untuk berbuah, bertahan untuk hidup pun tidak mungkin bisa. Keberadaan pohon semacam ini paling bermanfaat hanya sebagai kayu bakar.
Gambaran hidup orang-orang yang "tidak mau" berpegang dengan kalimat thayyibah, la ilaha illallah, maka dia seperti pohon yang tidak ada akarnya, sebagaimana layaknya kondisi orang-orang kafir, dia tidak ada nilainya sama sekali di sisi Allah. Mereka termasuk, "Orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya"(QS. Al Kahfi, ayat 104).
Dengan akidah atau keimanan yang kuat, seseorang akan diantarkan amal perbuatannya sampai kepada Allah SWT. Digambarkan seperti pohon yang dahannya menjulang tinggi sampai ke langit. Maknanya, amalnya akan sampai kepada Allah SWT. Jadi, seorang muttaqin itu di samping memiliki dasar akidah yang kuat, dia juga harus baik dalam "habluminallah" (hubungan secara vertikal dengan Allah SWT). Tidak cukup demikian, tapi dia harus seperti pohon yang terus-menerus berbuah, dalam pengertian baik hubungannya secara horisontal dengan makhluk yang ada di sekelilingnya. Setiap saat buahnya bisa dinikmati oleh masyarakat yang hidup di sekitarnya. Inilah yang sering kita istilahkan dengan silaturahim, dia harus baik dalam hubungan silaturahimnya. Bukan hanya dengan sesama manusia saja, melainkan hubungan dengan sesama makhluk Allah yang lain pun harus baik.
Gambaran manusia ideal menurut Al-Qur'an yang digambarkan pada ayat tadi adalah akidahnya harus kokoh, hubungan vertikalnya dengan Allah dijalin sangat baik, secara horisontal pula hubungan dengan sesama makhluk Allah harus baik.
Keberadaan pohon yang baik ini mungkin tidak hanya dinikmati oleh manusia saja, melainkan binatang pun bisa ikut menikmatinya.
Keberadaan insan yang muttaqin harus bisa bermanfaat bagi orang lain atau makhluk-makhluk Allah yang lain yang ada di sekitarnya. Sehinga bila suatu saat pohon ini mati, maka banyak sekali orang yang merasa kehilangan terutama bagi yang selama ini menikmati buahnya. Yang seandainya suatu saat dia meninggal dunia, maka banyaklah orang yang akan merasakan kehilangan terutama mereka yang selama ini menikmati buah karyanya atau kesalehannya.
Betapa sangat erat keterkaitan dan keterikatan antara akidah dengan kehidupan seseorang. Kesalehan seseorang secara individu harus dibangun atas dasar kokohnya akidah yang pada gilirannya diharapkan dapat muncul kesalehan sosial yang akan mewarnai kehidupan bermasyarakat dan bernegara sesuai petunjuk-Nya.
Hadirin rahimakumullah,
Saat ini bangsa Indonesia, sedang menghadapi pemilihan umum, setelah kemarin memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD, dan tidak akan lama lagi kita juga akan memilih Presiden dan Wakil Presidan sebagai pemimpin kita untuk 5 tahun yang akan datang.
Dalam kaitannya memilih pemimpin, banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW yang mengingatkan kita tentang bagaimana cara kita memilih pemimpin,
Yang pertama, sebagai seorang muslim, wajib hukumnya memilih pemimpin yang seiman sebagaimana Allah berfirman dalam tiga surat dalam al-Qur’an yaitu QS. ALI IMRON AYAT 28, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (atau teman yang akrab, pemimpin, pelindung atau penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah,
kecuali Karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya kepada Allah kembali (mu).
Selanjutnya firman Allah dalam QS. AN NISA AYAT 144, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab, pelindung atau penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?”
Lalu firman Allah dalam QS. Al-MAIDAH AYAT 51, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.
Kemudian firman Allah QS. AN NISA AYAT 138-139: “Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”.
Betapa sudah sangatlah jelas dan tegas peringatan-peringatan Allah tentang masalah mengangkat seorang menjadi pemimpin, jangankan orang kafir yang kita angkat sebagai pemimpin, bahkan orang muslim sekalipun hanya mereka yang tunduk, patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta siap melaksanakan syariat Allah.
Maka dari itu sudah tidak dimungkinkan lagi dalam Islam kita mengangkat seorang pemimpin yang kafir dengan mengenyampingkan orang mu'min, karena dia yakin bahwa yang kafir itulah yang terbaik, maka dari sisi akidah dia sudah gugur keislamannya.
Yang kedua, sebagai seorang muslim, wajib hukumnya memilih pemimpin dari golongan laki-laki, sebagaimana Allah berfiman dalam surah An Nisa ayat 34:
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita).
Dan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah ra.:
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ إِمْرَأَةً
“Tidak akan bahagia suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada perempuan
Yang ketiga, sebagai seorang muslim, wajib hukumnya memilih pemimpin yang benar-benar ahli dan kompeten di bidangnya, sebagaimana hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari ra.:
إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
"Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu."
Selanjutnya, layaklah kita hayati dan renungkan sebuah hadits yang diriwayatkan Iman Al Hakim, Nabi Saw bersabda: "Barangsiapa yang memilih seseorang sebagai pemimpin atas dasar ta'ashub.(fanatisme/taqlid) buta semata didasarkan hanya pada pertimbangan emosional primordial, bukan atas dasar rasionalitas dan penilaian yang jernih, padahal di tengah mereka ada orang yang lebih layak dan pantas dipilih dan diridhai Allah, maka orang itu telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya dan kaum muslimin.
Kemudian yang keempat, sebagai seorang muslim, wajib hukumnya kita memilih pemimpin yang bertaqwa dan mengajak bertaqwa, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. AL ANBIYA AYAT 73: ”Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami dan telah kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya kepada kamilah mereka selalu menyembah,
Selanjutnya dalam QS. AT TAUBAH AYAT 23: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali (atau pemimpinmu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”.
Karena suatu keluarga, suatu bangsa dan suatu negara akan mendapatkan limpahan keberkahan Allah dari langit dan bumi jika penduduknya beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. AL-ARAF AYAT96:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Hadirin, Disadari atau tidak, permasalahan "pilih-memilih" dalam menjalani kehidupan ini bukanlah urusan kecil atau masalah yang sepele, terlebih lagi dalam kaitannya kita harus memilih seorang pemimpin.
Bagi kita yang berkedudukan sebagai pemilih tentu punya tanggung jawab yang sangat besar. Bukan hanya tanggungjawab moral, tapi lebih dari itu kita punya tanggung jawab di hadapan Allah. Di hadapan-Nya kelak, kita akan dituntut pertanggungjawabannya tentang apa yang telah kita lakukan, tindakan dan sikap apa yang telah kita perbuat, "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya" (Al Israa', 17 : 36).
Kita harus betul-betul siap untuk memilih seseorang yang kita yakini, paling tidak, yang siap melaksanakan syariat Allah. Kesalahan kita dalam memilih akan berakibat fatal bagi kehidupan ummat masa kini dan masa akan datang dan kita pun harus ikut mempertanggungjawabkan itu di akhirat kelak.
"Salah" kita dalam memilih seorang pemimpin, dengan memilih orang yang zalim misalnya, karena tidak terbesit tekadnya sedikit pun untuk menegakkan syariat Islam, maka kita harus ikut mempertanggungjawabkan pilihan kita itu di hadapan Allah. Karena bukankah dia bisa menjadi seorang pemimpin adalah juga karena kita yang memilihnya. Bahkan dalam kesalahan memilih seorang pemimpin, bukan hanya saja menyeret seseorang masuk dalam perbuatan zalim atau dosa, lebih dari itu bisa membuat seseorang gugur keislamannya, Na'udzubillah min dzalik!
Akhirnya, pada penghujung bahasan ini saya berpesan marilah gunakan sebaik-baiknya hak pilih kita dengan penuh tanggung jawab demi keselamatan ummat hari ini, esok dan pada masa-masa mendatang, dunia dan akhirat dalam ridha-Nya.
Wallahu a'lam bish-shawab.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَاكُمء بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ .
KHUTBAH KE-2
اَلْحَمْدُ ِللهِ وَكَفٰى وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىٰ النَّبِيِّ الْمُصْطَفٰى وَعَلٰى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَهَلِ الصِّدْقِ وَالْوَفٰى. . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه لاَ نَبِيَ بَعْدَه: اَمَّابَعْدُ فَيَاعِبَادَالله اُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. يَآأَيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. آمِيْن يَااللهُ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ وَغَافِرَ الذُّنُوْبِ وَالْخَطِيْئَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ,
“Ya Rabbi, bimbinglah calon pemimpin kami untuk dapat menjadi pelayan kami dan berkhidmat pada kami, jadikan dalam hati nuraninya saat ini agar bertekad untuk benar-benar berjuang bagi rakyat dan negeri kami dengan mengedepankan moralitas tinggi, kerja keras, dan tegas dalam kebijaksanaan dan keadilan. Bila itu layak baginya maka teguhkan ya Rabb dan jadikan dia pemimpin kami, tapi bila itu tidak layak baginya maka balikkan hati mereka untuk mengundurkan diri saat-saat ini atau gagalkanlah sebelum mereka berkuasa karena Engkaulah penguasa segala hati.
Ya Rabbi, bimbinglah pula kami sebagai rakyat yang akan memilih calon pemimpin negeri ini. Menangkanlah calon pemimpin terbaik bagi kami yang dapat kami jadikan teladan bagi bangsa ini, Aaamiin.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنْ وَجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الُّدنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَاةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ وَأَجَلُّ وَأَعْظَمُ وَأَكْبَرُ