BAB
3 MOBILITAS SOSIAL
A. PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas sosial disebut juga Gerak Sosial adalah perubahan, pergeseran,
peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorang
pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi
seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak
pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi
di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh
miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam struktur sosialmasyarakat inilah
yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial.
Dalam dunia modern, banyak orang
berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan
membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis
pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial
tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa
mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila
tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung
dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial
tertutup. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat
terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada
masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit.
Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila
seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada
pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih
tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi
kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak
sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
B. CARA
UNTUK MELAKUKAN MOBILITAS SOSIAL
Secara umum, cara orang untuk dapat
melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
1. Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan
status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang
lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan,
karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer,
sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat
dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia
memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai
rendahan.
2. Perkawinan
Contoh: Seseorang wanita yang berasal
dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan
terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita
tersebut.
3. Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial,
seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke
tempat tinggal yang baru atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang
lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah.
Contoh: seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut
secara otomatis sebagai orang
kaya oleh masyarakat, hal ini
menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
4. Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang
tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan
bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai
kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan
sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang
diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan
dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu
mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia
berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama
diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan
dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan
mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya. Setelah diangkat
sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan
kedudukannya yang baru seperti "Raden".
C.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS
SOSIAL
Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1.
Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya
perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat.
Misalnya,
kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas.
Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
Ekspansi teritorial dan perpindahan
penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan
mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan
berkurangnya penduduk.
3.
Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis
pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman
di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan
dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari
strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan
yang menghadang.
4.
Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya
mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat
pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan
menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang
lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini
memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati
status tersebut.
5.
Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki
tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas
yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi
cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu,
orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai
kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam
situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
6.
Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah
didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan
berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan
dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani
pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya
pengetahuan.
D. FAKTOR-FAKTOR
PENDORONG MOBILITAS SOSIAL
Beberapa faktor pendorong
mobilitas sosial, yaitu:
1.
Faktor Struktural, adalah jumlah relatif posisi yang harus diisi
2.
Faktor Sosial, setiap manusia
dilahirkan dalam latar belakang status yang berbeda. Tatkala seseorang atau
kelompok tidak puas dengan posisi status sekarang maka mereka akan mencari
status yang diinginkan.
3.
Keadaan Ekonomi, tiap-tiap individu
berbeda-beda, tetapi masing-masing individu bersaing untuk mencari kondisi ekonomi
yang lebih baik.
4.
Situasi Politik, berpotensi menyebabkan
mobilitas sosial suatu masyarakat, misalnya terjadi situasi politik yang tidak
menentu mengakibatkan rawan keamanan maka akan sangat mungkin terjadi
mobilisasi ke daerah yang lebih aman.
5.
Kependudukan (Demografi), biasanya terkait dengan
pertambahan jumlah penduduk. Jika mengalami pertumbuhan penduduk maka akan
sangat mungkin terjadi mobilitas sosial.
6.
Keinginan (seseorang atau kelompok)
melihat daerah lain, akan mendorong untuk
melangsungkan mobilitas sosial.
E.
FAKTOR PENGHAMBAT
MOBILITAS SOSIAL
Ada beberapa faktor penting yang
justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain
sebagai berikut :
1.
Perbedaan kelas rasial
Seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan
tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk
bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut
Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan.
2.
Agama
3. Diskriminasi Kelas
Dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi
mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi
tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang
yang mampu mendapatkannya. Contoh: jumlah anggota DPR yag dibatasi hanya
500 orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan untuk menaikan
status sosialnya menjadi anggota DPR.
4.
Kemiskinan
Dapat membatasi kesempatan bagi seseorang
untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu. Contoh: "A" memutuskan
untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa
membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status
sosialnya.
5. Perbedaan jenis kelamin
Dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap
prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk
meningkatkan status sosialya.
F.
BENTUK MOBILITAS SOSIAL
·
Berdasarkan Tipe
1.
Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal merupakan
peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial
ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam
derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan
Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.
2.
Mobilitas
sosial vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah
perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke
kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas
sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social
climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).
a.
Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas atau social
climbing mempunyai dua bentuk yang utama.
1) Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.
Masuknya individu-individu yang mempunyai
kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan
tersebut telah ada sebelumnya. Contoh: A adalah seorang
guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat
menjadi kepala sekolah.
2) Membentuk kelompok baru.
Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan
individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri
menjadi ketua organisasi. Contoh: Pembentukan
organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru
tersebut, sehingga status sosialnya naik.
b.
Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
1) Turunnya kedudukan.
Kedudukan individu turun ke kedudukan yang
derajatnya lebih rendah. Contoh: seorang prajurit
dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan
tugasnya.
2) Turunnya derajat kelompok.
Derajat sekelompok individu menjadi turun
yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan. Contoh: Juventus
terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.
3.
Mobilitas Sosial
Lateral
Mobilitas sosial
lateral disebut juga mobilitas geografis, yang mangacu pada perpindahan
orang-orang dari unit wilayah satu ke unit wilayah yang lain, atau perpindahan individu atau kelompok dari
satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
·
Berdasarkan Ruang Lingkup
1.
Mobilitas
antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua
generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu,
dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik
atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan
itu sendiri, melainkan pada perpindahan
status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi.
2.
Mobilitas
intragenerasi
Mobilitas sosial intragenerasi adalah
mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu
generasi. Contoh: Pak Darjo
awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan
mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang
akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua
orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak
ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky
lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari
tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang
becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat
disebut sebagai mobilitas intragenerasi.
G.
SALURAN-SALURAN MOBILITAS SOSIAL
1) Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan salah satu
saluran mobilitas sosial. Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke
atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit
yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat atau kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari
golongan masyarakat rendah.
2) Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat
mengangkat status sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan
Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain lain.
3) Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada
umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan
dianggap sebagai social
elevator(perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan
yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi. Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki
pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha,
sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan
status sosialnya.
4) Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata,
organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi
untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
5) Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat
meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka
semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya
bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan
karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat
meningkat.
6) Organisasi keahlian
Orang yang rajin menulis dan menyumbangkan
pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih
tinggi daripada pengguna biasa.
7) Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan
status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status
terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
H.
DAMPAK MOBILITAS SOSIAL
Gejala naik turunnya status sosial
tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial
masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi.
Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam
masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas.
a.
Dampak Negatif
1)
Konflik antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran
seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan
tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara
kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan
muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan
upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.

2)
Konflik antarkelompok sosial

3)
Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara
generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin
mengadakan perubahan. Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan
kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.
4)
Penyesuaian kembali (akomodasi)
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan.
Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak
merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian kembali yang didasari oleh
adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya
rasa toleransi atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini
disebut Akomodasi.
b. Dampak Positif
1)
Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju
Karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan
ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke
strata atas. Contoh: Seorang anak
miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
2)
Mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat
Mobilitas
sosial akan lebih mempercepat
tingkat perubahan sosial masyarakat ke
arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang
sedang mengalami perubahan dari masyarakat agraris ke masyarakat
industri. Perubahan ini akan lebih cepat
terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini
perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
yo siip salam
BalasHapusmakasih gan artikelnya, kunjungi website kami ada berbagai info tentang penyakit yang harus anda ketahui dan berbagai penawaran lainnya
BalasHapusTumor Payudara